Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi semester I
Dosen Pengampu: Abdul Rozak, M.Si
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi semester I
Dosen Pengampu: Abdul Rozak, M.Si
Disusun oleh:
Abdul Aziz (13210013)
Abdul Aziz (13210013)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
Kata Pengantar
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq, serta karunia-Nya Kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang haq.
Terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Bapak
Abdul Rozak, M.Si selaku pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi yang
telah membimbing Kami menyelesaikan makalah dengan judul “Dakwah dalam Perspektif
Studi Komunikasi” ini. Dalam pembuatan makalah ini Kami telah berusaha
semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita,
dan penulis mengharapkan masukan, kritik dari pembaca. Karena penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan.
Yogyakarta, 16 Desember 2013
Penulis,
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. .. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... .. 2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah ..................................................... 3
B. Pengertian dan Komponen Komunikasi .................................................. 6
C. Dakwah dalam Studi Komunikasi ........................................................... 8
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................ 16
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prof. Dr. Anwar Arifin dalam buku Dakwah Kontemporer Sebuah Studi
Komunikasi menyebutkan bahwa dakwah selain merupakan fenomena agama, ia juga
merupakan fenomena sosial, yang dapat dikaji dan dianalisis melalui berbagai
pendekatan ilmiah, terutama melalui studi komunikasi.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa dakwah dalam studi komunikasi
merupakan sebuah bentuk kegiatan yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu
khusus berisi pesan berupa anjuran atau seruan tentang
al-khayr, amr ma’ruf dan nahy munkar atau pesan untuk melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemungkaran demi menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Isi pesan tersebut bersumber dari wahyu Tuhan, yang menunjukkan bahwa dakwah merupakan fenomena agama yang tercakup dalam studi Islam.
al-khayr, amr ma’ruf dan nahy munkar atau pesan untuk melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemungkaran demi menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Isi pesan tersebut bersumber dari wahyu Tuhan, yang menunjukkan bahwa dakwah merupakan fenomena agama yang tercakup dalam studi Islam.
Selain itu, dalam studi komunikasi, dakwah adalah komunikasi meskipun tidak
semua komunikasi adalah dakwah. Tetapi segala jenis komunikasi yang
mengutamakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah yang mungkar (kebohongan,
fitnah, manipulasi, pornografi dan sensasi serta propaganda dan agitasi) dapat
disebut sebagai dakwah. Justru itu komunikasi yang mengutamakan kebenaran,
kesusilaan dan keadilan atau komunikasi yang selalu mengacu kepada etika, moral
dan agama yang berlaku secara universal sesuai dengan hati dan fitrah manusia
dengan tujuan mengangkat harkat dan martabat manusia, telah dapat disebut
sejalan dengan dakwah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis
mencoba menjelaskan dakwah dalam perspektif studi komunikasi. Penting adanya
kajian dakwah dalam studi komunikasi, karena pada dasarnya hakikat dakwah
adalah sebuah komunikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengetian dan unsur-unsur dakwah?
2. Apa pengertian dan komponen komunikasi?
3. Bagaimana dakwah dalam studi komunikasi?
C. Tujuan Penelitian
Semua penelitian pasti memiliki tujuan dan tujuan tersebut harus dicapai,
adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengetian dan unsur-unsur dakwah
2. Untuk mengetahui pengertian dan komponen komunikasi
3. Untuk memahami dakwah dalam studi komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah
Secara etimologis dakwah diserap dari bahasa Arab: da’wah, yang
antara lain maknanya mengajak, menyeru, memanggil, menyampaikan, mendorong atau
memohon (Ali Azis, 2009:6). Da’wah sebagai istilah bahasa Arab itu telah
mengalami perkembangan dari asal kata daa’ yang dalam bahasa Indonesia
berarti ajakan, seruan atau panggilan. Jadi setiap kegiatan manusia yang
bertujuan mengajak, menyeru atau memanggil sesamanya manusia, berbuat baik,
melaksanakan kebajikan dan mencegah kemungkaran, disebut sebagai dakwah.[1]
Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang
lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses
terus-menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan
tujuan dakwah tersebut. Dengan begitu, dalam dakwah terdapat suatu ide dinamis,
sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntunan ruang dan
waktu. Sementara itu, dakwah dalam prakteknya merupakan kegiatan untuk
mentransformasikan nilai-nilai agama yang mempunyai arti penting dan berperan
langsung dalam pembentukan langsung persepsi umat tentang berbagai nilai
kehidupan.[2]
Sesungguhnya banyak definisi tentang dakwah dari para pakar atau ulama yang
lain dengan berbagai perspektif. Semua definisi tersebut mengungkapkan bahwa
dakwah adalah sebuah kegiatan atau upaya manusia mengajak atau menyeru manusia
lain. Isi ajakan atau seruan itu ialah al-khayr, amr ma’ruf dan nahy
munkar (melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemungkaran
dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang
terbaik di dunia-pen). Hal inilah yang menjadi karakteristik dakwah yang
membedakannya dengan kegiatan lain seperti kampanye, pemasaran (promosi),
propaganda dan agitasi. Dengan isi ajakan dan seruan itu dakwah dapat
memberikan kontribusi kepada komunikasi manusia, dalam wujud etika dan moral,
yang dikenal dengan istilah etika komunikasi.[3]
Dalam kegiatan atau aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang
terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang
harus ada dalam setiap kegiatan dakwah. Dan desain pembentuk tersebut adalah
meliputi:
1. Da’i
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara
lisan maupun tulisanataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk organisasi atau lembaga. Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan
secara otomatis sebagai juru dakwah, artinya orang yang harus menyampaikan atau
dikenal sebagai komunikator dakwah.
2. Mad’u
Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau
menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu,
kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia
secara keseluruhan.
3. Materi/pesan dakwah
Materi/pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaikan
da’i kepada mad’u. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah SWT, Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada
kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada Hari Akhir, Iman
kepada Qadha-Qadar.
2. Pesan Syariah, meliputi ibadah serta muamalah.
3. Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap makhluk.
4. Media dakwah
Adalah alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran
Islam. Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi: lisan, tulisan, lukisan,
audio visual dan akhlak.
5. Efek dakwah
Adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh aksi dakwah.
Menurut Jalaluddin Rahmat efek dapat terjadi pada tataran yaitu:
1. Efek kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan
dipersepsi oleh khalayak.
2. Efek afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau
dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap,
serta nilai.
Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati, yang meliputu pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan
berperilaku.
6. Metode dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i
untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan
dakwah. Ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah yaitu:
1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah
dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan
ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau
keberatan.
2. Mauidhah hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau
menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran
Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati merek.
3. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara
sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan
menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.[4]
Dengan demikian dakwah bukan saja merupakan fenomena keagamaan (theologi)
tetapi juga merupakan sebuah fenomena sosial, yang berlangsung melalui proses
sosial dan memiliki implikasi sosial. Artinya, dalam dakwah ada pihak (da’i, mubaligh,
atau ustadz) yang mengajak pihak lain (jamaah atau siswa/mahasiswa) untuk
berbuat baik, melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran atau memahami dan
menguasai ilmu dan teknologi. Ajakan itu dapat diterima atau ditolak oleh pihak
yang diajak.[5]
B. Pengertian dan Komponen Komunikasi
Komunikasi yang dalam bahasa Inggris “Communication” berasal dari bahasa
Latin ”Communis” yang berarti sama (common). Jika kita mengadakan
komunikasi dengan orang lain berarti kita sedang mengadakan kesamaan (commoness)
dengan orang itu. Ini berarti komunikasi merupakan suatu kegiatan usaha manusia
untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan ataupun
pengalamannya, sehingga apa yang disampaikan menjadi milik bersama. Jadi
apabila kita mengadakan komunikasi berarti kita berusaha mengadakan “persamaan”
dengan orang lain.[6]
Adapun Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai: Proses di mana
seorang individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang
bahasa) untuk merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan).[7]
Komunikasi secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat
tertentu. Dalam pelaksanaannya, komunikasi dapat dilakukan secara primer
(langsung) maupun secara sekunder (tidak langsung). Komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan,
yakni panduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh komunikan.
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau
gagasan secara sederhana, dengan demikian kegiatan komunikasi itu dapat
dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan atau ide, arti dari satu pihak ke
pihak lain, dengan tujuan untuk tujuan komunikasi yaitu menghasilkan
kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan tersebut.[8]
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial
yang bersifat multidisipliner, maka komunikasi juga memiliki definisi-definisi
yang sangat beragam. Masing-masing definisi memiliki arti cakupan dan konteks
yang berbeda satu sama lainnya. Frank E.X. Dance, seorang sarjana yang menekuni
ilmu komunikasi telah menginventaris ada sekitar 126 definisi komunikasi yang
berbeda-beda antara satu dan lainnya. Dari definisi-definisi tersebut, Dance
telah menemukan 15 komponen konseptual pokok untuk merujuk tentang pemahaman
komunikasi tersebut meliputi:
-
Simbol-simbol verbal/ajakan
Komunikasi adalah pertukaran pemikiran atau gagasan
secara verbal. (Hoben, 1954)
-
Pengertian/pemahaman
Komunikasi adalah sebuah proses dengan mana kita bisa
memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses dinamis dan
secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. (Andeson, 1959)
-
Interaksi/hubungan proses sosial
Interaksi juga dalam kegiatan biologis, adalah salah satu
perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan bersama tidak
akan terjadi. (Mead, 1963)
-
Pengurangan rasa ketidakpastian
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, yang secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego. (Barnlund, 1964)
-
Proses
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti
kata-kata, gambar angka-angka, dan lain-lain. (Berelson dan Steiner, 1964)
-
Pengalihan/penyampaian/pertukaran
Penggunaan kata komunikasi tampaknya merujuk pada adanya
sesuatu yang dialihkan dari benda atau orang ke benda atau orang lainnya.
Kata-kata komunikasi kadang-kadang merujuk pada apa yang dialihkan, alat atau
yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menuju pada seluruh proses upaya
pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan kemudian menjadi milik atau
bagian bersama. oleh karenanya komunikasi menuntut adanya sebuah partisipasi. (Anyer,
1955)
-
Menghubungkan
Komunikasi adalah proses menghubungkan satu bagian
kehidupan ke bagian kehidupan yang lain. (Ruesch, 1957)
-
Kebersamaan
Komunikasi adalah suatu proses membuat sesuatu dari yang
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi milik orang dua atau
lebih. (Gode, 1959)
-
Saluran/alat/jalur
Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran
pemerintah dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir dan
lain-lain. (American College Dictionary)
-
Replikasi memori
Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian
seseorang ke tujuan mereplikasi memori. (Cartier dan Harwood, 1953)
-
Tanggapan/diskriminatif
Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari satu
organisasi ke stimulus. (Stevens, 1950)
-
Tujuan/kesengajaan
Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja
dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima.
(Miller, 1956)
-
Stimuli
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian
informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari satu sumber kepada
penerima. (Newcomb, 1966)
-
Waktu/situasi
Proses komunikasi merupakan satu transisi dari keseuruhan
struktur situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan. (Sondel, 1956)
-
Kekuasaan/kekuatan
Komunikasi adalah mekanisme yang menimbulkan
kekuatan/kekuasaan. (Schacter, 1951)[9]
Komponen-komponen diatas, merupakan kerangka acuan yang dapat dijadikan
sebagai dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi yang ada.
Komponen-komponen tersebut, baik secara tersendiri atau secara gabungan
(kombinasi dari beberapa gabungan) dapat dijadikan sebagai fokus perhatian
dalam penelitian ilmu komunikasi.[10]
Dalam sekian definisi komunikasi, ada sejumlah komponen penting atau unsur
yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya sebuah komunikasi. Dalam
“bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Komunikator, orang yang menyampaikan pesan;
2. Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang;
3. Komunikan, orang yang menerima pesan;
4. Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan jika komunikan jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya;
5. Efek, dampak sebagai pengaruh pesan.[11]
C. Dakwah dalam Studi Komunikasi
Dakwah dan komunikasi memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.[12]
Dakwah termasuk tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktivitas komunikasi
adalah dakwah. Pada hakikatnya, dakwah adalah seruan atau ajakan berbuat
kebajikan untuk menaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Muhammad
Rasulullah SAW, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-hadits.[13]
Dakwah dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya
dakwah dapat menjadi sumber etika dan moral bagi manusia, dan sebaliknya dakwah
dapat menjadi sumber etika dan moral bagi komunikasi, baik sebagai ilmu
pengetahuan, maupun sebagai aktivitas sosial. Dakwah memiliki karakteristik
yang membedakan dengan berbagai bentuk komunikasi yang ada dalam masyarakat.
Justru karakteristik dakwah sebagai fenomena sosial dalam kaitannya dengan
studi komunikasi, perlu dipahami.[14]
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, di mana da’i mengomunikasikan
pesan dakwah kepada mad’u, baik secara perseorangan maupun kelompok. Secara
teknis, dakwah adalah komunikasi da’i (komunikator) dan mad’u (komunikan).
Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah,
hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah, dan bagaimana mengungkapkan apa
yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang
harus dikerjakan pada manusia komunikan.[15] Oleh
karena itu, dakwah dapat dikatakan sebagai komunikasi manusia, yang lahir dan
berkembang sebagai fenomena sosial yang bersifat rasional dan empiris. Fenomena
komunikasi dengan fenomena dakwah memiliki banyak kesamaan, meskipun juga
terdapat perbedaan.[16]
Pada hakikatnya, perbedaan-perbedaan antara kegiatan-kegiatan lahiriah,
antara komunikasi dan dakwah nyaris tidak kelihatan, karena memang tidak begitu
tajam. Bahkan lebih terasa persamaannya dengan beberapa bentuk aktivitas
komunikasi yang dikenal selama ini. Hal itu ada benarnya karena memang
komunikasi dakwah pada dasarnya memiliki persamaan dengan bentuk kegiatan
komunikasi yang lain yang sama-sama berlandaskan prinsip-prinsip yang diajarkan
oleh teori komunikasi. Dalam kajian lebih dalam, perbedaan yang ada dalam
komunikasi dakwah hanyalah pesan yang disampaikan, yaitu ajaran Islam dan
komunikator dalam hal ini sebagai aktor komunikasi diharuskan yang memiliki
spesifikasi syarat dan kriteria tersendiri. Di samping itu, kalau pada
aktivitas komunikasi yang biasa atau yang rutin, tidak begitu mempesoalkan apa
yang menjadi motivasi ataupun tujuan yang dimaksud, maka dalam komunikasi
dakwah, hal itu sudah benar-benar dikaitkan dengan tujuan dakwah secara mikro,
maupun makro. Letak perbedaan antara komunikasi dan komunikasi dakwah tersebut
yang sangat menonjol sebenarnya terletak pada muatan yang terkandung di dalam
pesannya. Dalam hal ini, komunikasi sifatnya lebih netral dan umum, sedangkan
dalam dakwah terkandung nilai kebenaran dan keteladanan Islam.[17]
Jika komunikasi mencakup semua jenis pesan, maka dakwah dengan
karakteristik yang dimilikinya lebih fokus kepada pesan yang berisi seruan al-khayr,
amr ma’ruf, dan nahy munkar apalagi jika lebih khusus tentang ajaran
Islam yang bersumber terutama pada Al-Qur’an dan hadis, dan dilakukan oleh
orang Islam sebagai dai (da’i) atau mubalig kepada seseorang atau orang
banyak (khalyak).[18]
Di samping itu, letak perbedaan antara komunikasi dan dakwah terletak pada
tujuan dan efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan
dalam komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan dakwah sifatnya khusus.
Kekhususan inilah dalam proses komunikasi melahirkan efek yang berbeda.[19]
Berdasarkan rumusan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah
komunikasi, sehingga berdakwah sama dengan berkomunikasi. Akan tetapi
komunikasi bukan hanya dakwah, sehingga berkomunikasi belum tentu berdakwah.
Hal ini dapat dipahami karena selain dakwah, masih ada beberapa kegiatan lain
yang serupa, sebagai jenis, atau bentuk kegiatan komunikasi manusia, seperti
kampanye, penerangan, pemasaran (promosi), public relations, propaganda
dan agitasi. Bahkan lebih khusus lagi masih ada pembagian komunikasi menurut
Anwar Arifin berdasarkan tujuan dan jenis pesan antara lain:
·
Komunikasi Agama (dakwah mencakup tablig dan
khotbah)
·
Komunikasi Perdagangan (reklame, advertensi,
promosi)
·
Komunikasi Kesehatan (penyuluhan keluarga
berencana)
·
munikasi Politik (kampanye, propaganda,
agitasi)
·
Komunikasi Kesenian ( drama, puisi, prosa,
wayang)
·
Komunikasi Pertanian (penyuluhan panca usaha
tani)[20]
Studi tentang komunikasi manusia dapat juga diuraikan melalui empat
prespektif atau paradigma, yaitu: (1) mekanistis, (2) psikologis, (3)
interaksional, dan (4) pragmatis. Dengan demikian dakwah sebagai fenomena
sosial yang akan dikaji melalui studi komunikasi, dengan sendirinya dapat
dianalisis melalui keempat perspektif atau paradigma tersebut.[21]
1. Paradigma Mekanistis
Dalam perspektif atau paradigma mekanistis, komunikasi
sebagai suatu proses dipahami sebagai suatu mekanisme yang berjalan dari..., ke....,
melintasi ruang dan waktu dari satu titik ke titik lainnya. Komponen-komponen
dalam model mekanisme itu sangat jelas, yaitu sumber/penerima, saluran,
pesan/umpan balik, dan efek. Sesuai dengan doktrin mekanisme (idealisme
mekanistis) yang berdasarkan cara berpikir sebab-akibat, titik berat kajiannya
adalah pada efek.[22]
2. Paradigma Psikologis
Dalam paradigma atau perspektif psikologis, komunikasi
dikonseptualisasi sebagai penerimaan dan pengolahan informasi pada diri
individu. Perspektif yang dipengaruhi secara sporadis (tidak mendalam
sebagaimana oengaruh fisika terhadap perspektif mekanistis) oleh psikologi ini
adalah mengadaptasikan konsep S-R (Stimulus-Respons) dalam
komunikasi yang dapat diterapkan dalam analisis tentang dakwah. Hal ini
menimbulkan orientasi komunikasi atau dakwah yang berpusat pada diri individu
(penerima).[23]
3. Paradigma Interaksional
Karakteristik utama dari paradigma interaksional, ialah
penonjolan nilai individu di atas segala pengaruh yang lainnya karena manusia
dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, ssaling berhubungan, serta masyarakat
dan buah pikiran. Justru itu, setiap bentuk interaksi sosial dimulai dan
berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. Itulah sebabnya perspektif ini,
dipandang paling manusiawi diantara semua perspektif komunikasi yang ada.[24]
4. Paradigma Pragmatis
Perspektif atau paradigma pragmatis, memang merupakan
paradigma yang relatif paling baru dan masih sedang dalam proses perkembangan.
Sesuai dengan namanya, perspektif ini memusatkan perhatian pada pragma atau
tindakan. Bertindak sama dengan berkomunikasi. Dapat juga dikatakan bahwa
bertindak sama dengan berdakwah (dakwah bilhal atau uswah).[25]
Sesungguhnya sebagai sebuah bentuk komunikasi, dakwah dapat diterapkan ke
dalam semua jenis komunikasi. Artinya para dai atau mubalig dapat berdakwah
atau menyampaikan pesan dakwah melalui proses komunikasi persona, komunikasi
kelompok, komunikasi massa, komunikasi media massa, komunikasi organisasi dan
komunikasi pembaharuan. Dakwah juga dapat dilakukan dengan komunikasi langsung
(tatap muka dengan berdialog dan monolog atau berpidato). Demikian juga dakwah
dapat dilaksanakan dengan menggunakan media individual atau media massa.[26]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: tentang
definisi dakwah secara umum, ia diartikan sebagai ajakan atau seruan kepada
yang baik dan yang lebih baik. Isi ajakan tersebut ialah al-khayr, amr
ma’ruf dan nahy munkar (melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta
mencegah kemungkaran) dengan tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan yang terbaik di dunia. Adapun komponen-komponen
dakwah antara lain: (1) da’i, (2) mad’u, (3) materi/pesan dakwah, (4) media
dakwah, (5) efek dakwah, dan (5) metode dakwah.
Dakwah bukan saja merupakan fenomena keagamaan (theologi) tetapi juga
merupakan sebuah fenomena sosial, yang berlangsung melalui proses sosial dan
memiliki implikasi sosial.
Sedangkan definisi komunikasi secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan akibat tertentu. Adapun
komponen-komponen komunikasi meliputi: (1) komunikator, (2) pesan, (3)
komunikan, dan (4) media, (5) efek.
Jika dipandang dari studi komunikasi, dakwah adalah termasuk komunikasi
meskipun tidak semua komunikasi adalah dakwah. Perbedaan komunikasi dan dakwah
terdapat pada tiga aspek:
1. Isi pesan, dalam dakwah terkandung nilai kebenaran dan keteladanan Islam, lebih
spesifiknya adalah al-khayr, amr ma’ruf, dan nahy munkar. Sedangkan
isi pesan komunikasi lebih umum.
2. Komunikator, seorang komunikator dakwah haruslah memenuhi kriteria-kriteria
seorang da’i yang telah ditentukan oleh ajaran Islam.
3. Tujuan dan efek, ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan dalam
komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan dakwah sifatnya khusus. Kekhususan
inilah dalam proses komunikasi melahirkan efek yang berbeda.
Studi tentang komunikasi manusia dapat juga diuraikan melalui empat
prespektif atau paradigma, yaitu: (1) mekanistis, (2) psikologis, (3) interaksional,
dan (4) pragmatis.
Sebagai sebuah bentuk komunikasi, dakwah dapat diterapkan ke dalam semua
jenis komunikasi. Para dai atau mubalig dapat berdakwah melalui proses
komunikasi persona, komunikasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi media
massa, komunikasi organisasi dan komunikasi pembaharuan.
B. Saran
Tantangan dakwah di era kontemporer ini menjadi semakin kompleks. Oleh
karena itu, hendaknya dakwah tidak hanya dikaji melalui metode-metode klasik,
melainkan dengan metode-metode kontemporer dengan berbagai disiplin ilmu, salah
satunya adalah melalui studi komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar dakwah bisa
berkembang sesuai alur perkembangan zaman, sehingga dakwah dapat berjalan
secara efektif dan menjadi kekuatan yang dominan dalam mendorong perubahan
sosial ke arah kehidupan yang Islami.
Daftar Pustaka
Ilaihi, Wahyu, 2010, Komunikasi Dakwah, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Kholili, HM., 2008, Komunikasi untuk
Dakwah, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Arifin, Anwar, 2011, Dakwah Kontemporer:
Sebuah Studi Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamidi, 2010, Teori Komunikasi dan Strategi
Dakwah, Malang: UM Press.
[1] Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer:
Sebuah Studi Komunikasi, hlm. 36.
[2] Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah,
hlm.17.
[3] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 37.
[4] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm. 19-22.
[5] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm.
38.
[6] HM. Kholili, Komunikasi untuk
Dakwah, hlm. 7.
[7] Ibid.
[8] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm.
4.
[9] Ibid,
hlm. 5-6.
[10] Ibid,
hlm. 7.
[11] Ibid,
hlm. 8.
[12] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm.
35.
[13] Hamidi, Teori Komunikasi dan
Strategi Dakwah, hlm. 6.
[14] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm.
35.
[15] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm.
24.
[16] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm.
38.
[17] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm.
24.
[18] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm.
35.
[19] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm.
24-25.
[20] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm.
39.
[21] Ibid,
hlm. 49.
[22] Ibid,
hlm. 52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar