Minggu, 22 Desember 2013

MAKALAH "DAKWAH DALAM PERSPEKTIF STUDI KOMUNIKASI"



DAKWAH
DALAM PERSPEKTIF
STUDI KOMUNIKASI
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pengantar  Ilmu Komunikasi semester I
Dosen Pengampu: Abdul Rozak, M.Si



Disusun oleh:
Abdul Aziz (13210013)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013


Kata Pengantar
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq, serta karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang haq.
Terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Bapak Abdul Rozak, M.Si selaku pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi yang telah membimbing Kami menyelesaikan makalah dengan judul “Dakwah dalam Perspektif Studi Komunikasi” ini. Dalam pembuatan makalah ini Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita, dan penulis mengharapkan masukan, kritik dari pembaca. Karena penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan.






Yogyakarta,  16 Desember 2013            
Penulis,


Daftar Isi
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................. .. 2
C.     Tujuan Penulisan .................................................................................... .. 2
BAB II: PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah ..................................................... 3
B.     Pengertian dan Komponen Komunikasi .................................................. 6
C.     Dakwah dalam Studi Komunikasi ........................................................... 8
BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................. 15
B.     Saran ........................................................................................................ 16
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 17





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Prof. Dr. Anwar Arifin dalam buku Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi menyebutkan bahwa dakwah selain merupakan fenomena agama, ia juga merupakan fenomena sosial, yang dapat dikaji dan dianalisis melalui berbagai pendekatan ilmiah, terutama melalui studi komunikasi.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa dakwah dalam studi komunikasi merupakan sebuah bentuk kegiatan yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu khusus berisi pesan berupa anjuran atau seruan tentang
al-khayr, amr ma’ruf dan nahy munkar atau pesan untuk melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemungkaran demi menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Isi pesan tersebut bersumber dari wahyu Tuhan, yang menunjukkan bahwa dakwah merupakan fenomena agama yang tercakup dalam studi Islam.
Selain itu, dalam studi komunikasi, dakwah adalah komunikasi meskipun tidak semua komunikasi adalah dakwah. Tetapi segala jenis komunikasi yang mengutamakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah yang mungkar (kebohongan, fitnah, manipulasi, pornografi dan sensasi serta propaganda dan agitasi) dapat disebut sebagai dakwah. Justru itu komunikasi yang mengutamakan kebenaran, kesusilaan dan keadilan atau komunikasi yang selalu mengacu kepada etika, moral dan agama yang berlaku secara universal sesuai dengan hati dan fitrah manusia dengan tujuan mengangkat harkat dan martabat manusia, telah dapat disebut sejalan dengan dakwah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis mencoba menjelaskan dakwah dalam perspektif studi komunikasi. Penting adanya kajian dakwah dalam studi komunikasi, karena pada dasarnya hakikat dakwah adalah sebuah komunikasi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa pengetian dan unsur-unsur dakwah?
2.      Apa pengertian dan komponen komunikasi?
3.      Bagaimana dakwah dalam studi komunikasi?
C.    Tujuan Penelitian
Semua penelitian pasti memiliki tujuan dan tujuan tersebut harus dicapai, adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengetian dan unsur-unsur dakwah
2.      Untuk mengetahui pengertian dan komponen komunikasi
3.      Untuk memahami dakwah dalam studi komunikasi



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah
Secara etimologis dakwah diserap dari bahasa Arab: da’wah, yang antara lain maknanya mengajak, menyeru, memanggil, menyampaikan, mendorong atau memohon (Ali Azis, 2009:6). Da’wah sebagai istilah bahasa Arab itu telah mengalami perkembangan dari asal kata daa’ yang dalam bahasa Indonesia berarti ajakan, seruan atau panggilan. Jadi setiap kegiatan manusia yang bertujuan mengajak, menyeru atau memanggil sesamanya manusia, berbuat baik, melaksanakan kebajikan dan mencegah kemungkaran, disebut sebagai dakwah.[1]
Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses terus-menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah tersebut. Dengan begitu, dalam dakwah terdapat suatu ide dinamis, sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntunan ruang dan waktu. Sementara itu, dakwah dalam prakteknya merupakan kegiatan untuk mentransformasikan nilai-nilai agama yang mempunyai arti penting dan berperan langsung dalam pembentukan langsung persepsi umat tentang berbagai nilai kehidupan.[2]
Sesungguhnya banyak definisi tentang dakwah dari para pakar atau ulama yang lain dengan berbagai perspektif. Semua definisi tersebut mengungkapkan bahwa dakwah adalah sebuah kegiatan atau upaya manusia mengajak atau menyeru manusia lain. Isi ajakan atau seruan itu ialah al-khayr, amr ma’ruf dan nahy munkar (melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemungkaran dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang terbaik di dunia-pen). Hal inilah yang menjadi karakteristik dakwah yang membedakannya dengan kegiatan lain seperti kampanye, pemasaran (promosi), propaganda dan agitasi. Dengan isi ajakan dan seruan itu dakwah dapat memberikan kontribusi kepada komunikasi manusia, dalam wujud etika dan moral, yang dikenal dengan istilah etika komunikasi.[3]
Dalam kegiatan atau aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah. Dan desain pembentuk tersebut adalah meliputi:
1.      Da’i
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisanataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru dakwah, artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator dakwah.
2.      Mad’u
Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
3.      Materi/pesan dakwah
Materi/pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah SWT, Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadha-Qadar.
2.      Pesan Syariah, meliputi ibadah serta muamalah.
3.      Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap makhluk.
4.      Media dakwah
Adalah alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam. Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi: lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan akhlak.
5.      Efek dakwah
Adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh aksi dakwah. Menurut Jalaluddin Rahmat efek dapat terjadi pada tataran yaitu:
1.      Efek kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak.
2.      Efek afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai.
Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputu pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.
6.      Metode dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah yaitu:
1.      Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2.      Mauidhah hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati merek.
3.      Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.[4]
Dengan demikian dakwah bukan saja merupakan fenomena keagamaan (theologi) tetapi juga merupakan sebuah fenomena sosial, yang berlangsung melalui proses sosial dan memiliki implikasi sosial. Artinya, dalam dakwah ada pihak (da’i, mubaligh, atau ustadz) yang mengajak pihak lain (jamaah atau siswa/mahasiswa) untuk berbuat baik, melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran atau memahami dan menguasai ilmu dan teknologi. Ajakan itu dapat diterima atau ditolak oleh pihak yang diajak.[5]

B.   Pengertian dan Komponen Komunikasi
Komunikasi yang dalam bahasa Inggris “Communication” berasal dari bahasa Latin ”Communis” yang berarti sama (common). Jika kita mengadakan komunikasi dengan orang lain berarti kita sedang mengadakan kesamaan (commoness) dengan orang itu. Ini berarti komunikasi merupakan suatu kegiatan usaha manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan ataupun pengalamannya, sehingga apa yang disampaikan menjadi milik bersama. Jadi apabila kita mengadakan komunikasi berarti kita berusaha mengadakan “persamaan” dengan orang lain.[6]
Adapun Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai: Proses di mana seorang individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan).[7]
Komunikasi secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Dalam pelaksanaannya, komunikasi dapat dilakukan secara primer (langsung) maupun secara sekunder (tidak langsung). Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh komunikan. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan secara sederhana, dengan demikian kegiatan komunikasi itu dapat dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan atau ide, arti dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk tujuan komunikasi yaitu menghasilkan kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan tersebut.[8]
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, maka komunikasi juga memiliki definisi-definisi yang sangat beragam. Masing-masing definisi memiliki arti cakupan dan konteks yang berbeda satu sama lainnya. Frank E.X. Dance, seorang sarjana yang menekuni ilmu komunikasi telah menginventaris ada sekitar 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Dari definisi-definisi tersebut, Dance telah menemukan 15 komponen konseptual pokok untuk merujuk tentang pemahaman komunikasi tersebut meliputi:
-          Simbol-simbol verbal/ajakan
Komunikasi adalah pertukaran pemikiran atau gagasan secara verbal. (Hoben, 1954)
-          Pengertian/pemahaman
Komunikasi adalah sebuah proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. (Andeson, 1959)
-          Interaksi/hubungan proses sosial
Interaksi juga dalam kegiatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan bersama tidak akan terjadi. (Mead, 1963)
-          Pengurangan rasa ketidakpastian
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, yang secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. (Barnlund, 1964)
-          Proses
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar angka-angka, dan lain-lain. (Berelson dan Steiner, 1964)
-          Pengalihan/penyampaian/pertukaran
Penggunaan kata komunikasi tampaknya merujuk pada adanya sesuatu yang dialihkan dari benda atau orang ke benda atau orang lainnya. Kata-kata komunikasi kadang-kadang merujuk pada apa yang dialihkan, alat atau yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menuju pada seluruh proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan kemudian menjadi milik atau bagian bersama. oleh karenanya komunikasi menuntut adanya sebuah partisipasi. (Anyer, 1955)
-          Menghubungkan
Komunikasi adalah proses menghubungkan satu bagian kehidupan ke bagian kehidupan yang lain. (Ruesch, 1957)
-          Kebersamaan
Komunikasi adalah suatu proses membuat sesuatu dari yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi milik orang dua atau lebih. (Gode, 1959)

-          Saluran/alat/jalur
Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran pemerintah dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir dan lain-lain. (American College Dictionary)
-          Replikasi memori
Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang ke tujuan mereplikasi memori. (Cartier dan Harwood, 1953)
-          Tanggapan/diskriminatif
Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari satu organisasi ke stimulus. (Stevens, 1950)
-          Tujuan/kesengajaan
Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima. (Miller, 1956)
-          Stimuli
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari satu sumber kepada penerima. (Newcomb, 1966)
-          Waktu/situasi
Proses komunikasi merupakan satu transisi dari keseuruhan struktur situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan. (Sondel, 1956)
-          Kekuasaan/kekuatan
Komunikasi adalah mekanisme yang menimbulkan kekuatan/kekuasaan. (Schacter, 1951)[9]
Komponen-komponen diatas, merupakan kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi yang ada. Komponen-komponen tersebut, baik secara tersendiri atau secara gabungan (kombinasi dari beberapa gabungan) dapat dijadikan sebagai fokus perhatian dalam penelitian ilmu komunikasi.[10]
Dalam sekian definisi komunikasi, ada sejumlah komponen penting atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya sebuah komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut meliputi:
1.      Komunikator, orang yang menyampaikan pesan;
2.      Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang;
3.      Komunikan, orang yang menerima pesan;
4.      Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan jika komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
5.      Efek, dampak sebagai pengaruh pesan.[11]

C.   Dakwah dalam Studi Komunikasi
Dakwah dan komunikasi memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.[12] Dakwah termasuk tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktivitas komunikasi adalah dakwah. Pada hakikatnya, dakwah adalah seruan atau ajakan berbuat kebajikan untuk menaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Muhammad Rasulullah SAW, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-hadits.[13] Dakwah dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya dakwah dapat menjadi sumber etika dan moral bagi manusia, dan sebaliknya dakwah dapat menjadi sumber etika dan moral bagi komunikasi, baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun sebagai aktivitas sosial. Dakwah memiliki karakteristik yang membedakan dengan berbagai bentuk komunikasi yang ada dalam masyarakat. Justru karakteristik dakwah sebagai fenomena sosial dalam kaitannya dengan studi komunikasi, perlu dipahami.[14]
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, di mana da’i mengomunikasikan pesan dakwah kepada mad’u, baik secara perseorangan maupun kelompok. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi da’i (komunikator) dan mad’u (komunikan). Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah, hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah, dan bagaimana mengungkapkan apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia komunikan.[15] Oleh karena itu, dakwah dapat dikatakan sebagai komunikasi manusia, yang lahir dan berkembang sebagai fenomena sosial yang bersifat rasional dan empiris. Fenomena komunikasi dengan fenomena dakwah memiliki banyak kesamaan, meskipun juga terdapat perbedaan.[16]
Pada hakikatnya, perbedaan-perbedaan antara kegiatan-kegiatan lahiriah, antara komunikasi dan dakwah nyaris tidak kelihatan, karena memang tidak begitu tajam. Bahkan lebih terasa persamaannya dengan beberapa bentuk aktivitas komunikasi yang dikenal selama ini. Hal itu ada benarnya karena memang komunikasi dakwah pada dasarnya memiliki persamaan dengan bentuk kegiatan komunikasi yang lain yang sama-sama berlandaskan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh teori komunikasi. Dalam kajian lebih dalam, perbedaan yang ada dalam komunikasi dakwah hanyalah pesan yang disampaikan, yaitu ajaran Islam dan komunikator dalam hal ini sebagai aktor komunikasi diharuskan yang memiliki spesifikasi syarat dan kriteria tersendiri. Di samping itu, kalau pada aktivitas komunikasi yang biasa atau yang rutin, tidak begitu mempesoalkan apa yang menjadi motivasi ataupun tujuan yang dimaksud, maka dalam komunikasi dakwah, hal itu sudah benar-benar dikaitkan dengan tujuan dakwah secara mikro, maupun makro. Letak perbedaan antara komunikasi dan komunikasi dakwah tersebut yang sangat menonjol sebenarnya terletak pada muatan yang terkandung di dalam pesannya. Dalam hal ini, komunikasi sifatnya lebih netral dan umum, sedangkan dalam dakwah terkandung nilai kebenaran dan keteladanan Islam.[17]
Jika komunikasi mencakup semua jenis pesan, maka dakwah dengan karakteristik yang dimilikinya lebih fokus kepada pesan yang berisi seruan al-khayr, amr ma’ruf, dan nahy munkar apalagi jika lebih khusus tentang ajaran Islam yang bersumber terutama pada Al-Qur’an dan hadis, dan dilakukan oleh orang Islam sebagai dai (da’i) atau mubalig kepada seseorang atau orang banyak (khalyak).[18]
Di samping itu, letak perbedaan antara komunikasi dan dakwah terletak pada tujuan dan efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan dalam komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan dakwah sifatnya khusus. Kekhususan inilah dalam proses komunikasi melahirkan efek yang berbeda.[19]
Berdasarkan rumusan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah komunikasi, sehingga berdakwah sama dengan berkomunikasi. Akan tetapi komunikasi bukan hanya dakwah, sehingga berkomunikasi belum tentu berdakwah. Hal ini dapat dipahami karena selain dakwah, masih ada beberapa kegiatan lain yang serupa, sebagai jenis, atau bentuk kegiatan komunikasi manusia, seperti kampanye, penerangan, pemasaran (promosi), public relations, propaganda dan agitasi. Bahkan lebih khusus lagi masih ada pembagian komunikasi menurut Anwar Arifin berdasarkan tujuan dan jenis pesan antara lain:
·         Komunikasi Agama (dakwah mencakup tablig dan khotbah)
·         Komunikasi Perdagangan (reklame, advertensi, promosi)
·         Komunikasi Kesehatan (penyuluhan keluarga berencana)
·         munikasi Politik (kampanye, propaganda, agitasi)
·         Komunikasi Kesenian ( drama, puisi, prosa, wayang)
·         Komunikasi Pertanian (penyuluhan panca usaha tani)[20]
Studi tentang komunikasi manusia dapat juga diuraikan melalui empat prespektif atau paradigma, yaitu: (1) mekanistis, (2) psikologis, (3) interaksional, dan (4) pragmatis. Dengan demikian dakwah sebagai fenomena sosial yang akan dikaji melalui studi komunikasi, dengan sendirinya dapat dianalisis melalui keempat perspektif atau paradigma tersebut.[21]
1.      Paradigma Mekanistis
Dalam perspektif atau paradigma mekanistis, komunikasi sebagai suatu proses dipahami sebagai suatu mekanisme yang berjalan dari..., ke...., melintasi ruang dan waktu dari satu titik ke titik lainnya. Komponen-komponen dalam model mekanisme itu sangat jelas, yaitu sumber/penerima, saluran, pesan/umpan balik, dan efek. Sesuai dengan doktrin mekanisme (idealisme mekanistis) yang berdasarkan cara berpikir sebab-akibat, titik berat kajiannya adalah pada efek.[22]
2.      Paradigma Psikologis
Dalam paradigma atau perspektif psikologis, komunikasi dikonseptualisasi sebagai penerimaan dan pengolahan informasi pada diri individu. Perspektif yang dipengaruhi secara sporadis (tidak mendalam sebagaimana oengaruh fisika terhadap perspektif mekanistis) oleh psikologi ini adalah mengadaptasikan konsep S-R (Stimulus-Respons) dalam komunikasi yang dapat diterapkan dalam analisis tentang dakwah. Hal ini menimbulkan orientasi komunikasi atau dakwah yang berpusat pada diri individu (penerima).[23]

3.      Paradigma Interaksional
Karakteristik utama dari paradigma interaksional, ialah penonjolan nilai individu di atas segala pengaruh yang lainnya karena manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, ssaling berhubungan, serta masyarakat dan buah pikiran. Justru itu, setiap bentuk interaksi sosial dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. Itulah sebabnya perspektif ini, dipandang paling manusiawi diantara semua perspektif komunikasi yang ada.[24]
4.      Paradigma Pragmatis
Perspektif atau paradigma pragmatis, memang merupakan paradigma yang relatif paling baru dan masih sedang dalam proses perkembangan. Sesuai dengan namanya, perspektif ini memusatkan perhatian pada pragma atau tindakan. Bertindak sama dengan berkomunikasi. Dapat juga dikatakan bahwa bertindak sama dengan berdakwah (dakwah bilhal atau uswah).[25]
Sesungguhnya sebagai sebuah bentuk komunikasi, dakwah dapat diterapkan ke dalam semua jenis komunikasi. Artinya para dai atau mubalig dapat berdakwah atau menyampaikan pesan dakwah melalui proses komunikasi persona, komunikasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi media massa, komunikasi organisasi dan komunikasi pembaharuan. Dakwah juga dapat dilakukan dengan komunikasi langsung (tatap muka dengan berdialog dan monolog atau berpidato). Demikian juga dakwah dapat dilaksanakan dengan menggunakan media individual atau media massa.[26]



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: tentang definisi dakwah secara umum, ia diartikan sebagai ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Isi ajakan tersebut ialah al-khayr, amr ma’ruf dan nahy munkar (melaksanakan kebaikan dan kebajikan serta mencegah kemungkaran) dengan tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang terbaik di dunia. Adapun komponen-komponen dakwah antara lain: (1) da’i, (2) mad’u, (3) materi/pesan dakwah, (4) media dakwah, (5) efek dakwah, dan (5) metode dakwah.
Dakwah bukan saja merupakan fenomena keagamaan (theologi) tetapi juga merupakan sebuah fenomena sosial, yang berlangsung melalui proses sosial dan memiliki implikasi sosial.
Sedangkan definisi komunikasi secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Adapun  komponen-komponen komunikasi meliputi: (1) komunikator, (2) pesan, (3) komunikan, dan (4) media, (5) efek.
Jika dipandang dari studi komunikasi, dakwah adalah termasuk komunikasi meskipun tidak semua komunikasi adalah dakwah. Perbedaan komunikasi dan dakwah terdapat pada tiga aspek:
1.      Isi pesan, dalam dakwah terkandung nilai kebenaran dan keteladanan Islam, lebih spesifiknya adalah al-khayr, amr ma’ruf, dan nahy munkar. Sedangkan isi pesan komunikasi lebih umum.
2.      Komunikator, seorang komunikator dakwah haruslah memenuhi kriteria-kriteria seorang da’i yang telah ditentukan oleh ajaran Islam.
3.      Tujuan dan efek, ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan dalam komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan dakwah sifatnya khusus. Kekhususan inilah dalam proses komunikasi melahirkan efek yang berbeda.
Studi tentang komunikasi manusia dapat juga diuraikan melalui empat prespektif atau paradigma, yaitu: (1) mekanistis, (2) psikologis, (3) interaksional, dan (4) pragmatis.
Sebagai sebuah bentuk komunikasi, dakwah dapat diterapkan ke dalam semua jenis komunikasi. Para dai atau mubalig dapat berdakwah melalui proses komunikasi persona, komunikasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi media massa, komunikasi organisasi dan komunikasi pembaharuan.

B.   Saran
Tantangan dakwah di era kontemporer ini menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu, hendaknya dakwah tidak hanya dikaji melalui metode-metode klasik, melainkan dengan metode-metode kontemporer dengan berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah melalui studi komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar dakwah bisa berkembang sesuai alur perkembangan zaman, sehingga dakwah dapat berjalan secara efektif dan menjadi kekuatan yang dominan dalam mendorong perubahan sosial ke arah kehidupan yang Islami.



Daftar Pustaka
Ilaihi, Wahyu, 2010, Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kholili, HM., 2008, Komunikasi untuk Dakwah, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Arifin, Anwar, 2011, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamidi, 2010, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, Malang: UM Press.



[1] Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, hlm. 36.
[2] Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, hlm.17.
[3] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 37.
[4] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm. 19-22.
[5] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 38.
[6] HM. Kholili, Komunikasi untuk Dakwah, hlm. 7.
[7] Ibid.
[8] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm. 4.
[9] Ibid, hlm. 5-6.
[10] Ibid, hlm. 7.
[11] Ibid, hlm. 8.
[12] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 35.
[13] Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, hlm. 6.
[14] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 35.
[15] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm. 24.
[16] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 38.
[17] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm. 24.
[18] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 35.
[19] Wahyu Ilaihi, Op.Cit., hlm. 24-25.
[20] Anwar Arifin, Op.Cit., hlm. 39.
[21] Ibid, hlm. 49.
[22] Ibid, hlm. 52.
[23] Ibid, hlm. 56.
[24] Ibid, hlm. 59.
[25] Ibid, hlm. 63.
[26] Ibid, hlm. 41.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar