Jumat, 15 Mei 2015

Implementasi Etika Komunikasi dalam Penyampaian Aspirasi

Implementasi Etika Komunikasi dalam Penyampaian Aspirasi
Dalam kehidupan sehari-hari, semua orang baik pejabat negara maupun warga negara biasa, mengalami berbagai permasalahan dalam kehidupann sehari-hari. Permasalahan yang muncul terutama bagi warga negara, mendorong mereka untuk melakukan tuntutan, protes dan dukungan (aspirasi dan kepentingan). Di negara demokrasi ini, praktek politik dilakukan dengan transaparan dan dialogis. Setiap orang diperbolehkan menyampaikan aspirasinya termasuk kepada
pemerintah. Setiap orang juga boleh mengkritisi berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu, saat ini masyarakat menjadi semakin berani mengkritisi serta mengemukakan pendapatnya kepada para pemimpinnya.
Kebijakan pemerintah yang dirasa memberatkan masyarakat memang selalu menuai banyak kritisan. Baru-baru wacana pemerintahan baru Jokowi untuk menaikkan harga BBM yang kemudian diresmikan 18 November lalu mengalami hal yang sama. Setidaknya di beberapa daerah ada demonstrasi yang menentang kenaikan harga BBM tersebut. Semua itu tentu saja dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat untuk memperbaiki taraf kehidupannya. Karena kesejahteraan, kemakmuran, keamanan dan kebebasan merupakan harapan setiap orang.
Menanggapi dan mengkritisi kebijakan pemerintah memang seharusnya ada pada setiap negara yang berlandaskan demokrasi seperti Indonesia. Namun, penyampaian aspirasi yang tidak memperhatikan etika komunikasi justru akan menimbulkan konflik dari berbagai pihak. Misalnya saja, demonstrasi yang diwarnai dengan tindakan-tindakan anarkis. Selain menggagu ketertiban dan keamanan, hal seperti ini juga menimbulkan konflik antara masyarakat dan pemerintah, pihak-pihak yang berwajib dan bahkan masyarakat lain yang merasa dirugikan dengan adanya hal tersebut.
Implementasi dari etika komunikasi dapat dilihat secara langsung dari cara seseorang berkomunikasi. Sikap santun adalah salah satu ciri penerapan etika dalam berkomunikasi. Orang yang berkomunikasi dengan santun akan mendapatkan timbal balik yang positif dari komunikan sehingga komunikasi berjalan efektif dan saling menerima. Selain itu, etika berkomunikasi juga harus dilandasi dengan niat yang tulus dan diekspresikan dengan baik melalui kesabaran, ketenangan dan empati. Jika komunikasi dilakukan dengan cara ini, nantinya akan menghasilkan komunikasi dua arah yang saling menghargai, penuh perhatian dan dukungan secara timbal balik antara pihak-pihak yang menjalin komunikasi.
Sayangnya, itu semua terkadang tidak berlaku apabila orang sudah terdorong dengan kepentingan masing-masing. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan adalah sifat alami manusia. Karena manusia adalah makhluk yang selalu merasa kurang dan tidak pernah puas. Oleh karena itu, dalam prakteknya banyak yang mengesampingkan etika-etika berkomunikasi dalam menyampaikan aspirasi atau mendengarkan aspirasi orang lain. Akhirnya banyak masyarakat yang menyampaikan aspirasi melalui demonstrasi yang anarkis dan pemerintah yang tidak mau mendengar aspirasi rakyatnya tersebut.
Seringkali pemerintah yang kurang mendengar aspirasi rakyat dijadikan alasan untuk tidak mengindahkan etika-etika berkomunikasi. Padahal cara tersebut justru akan memunculkan permasalahan-permasalahan baru. Bagaimanapun aspirasi tetap harus disampaikan dengan etika yang baik.
Manusia memiliki anugrah pemberian Tuhan yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain, yakni akal pikiran. Dengan akal pikiran inilah, manusia bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Manusia memahami hakikat dirinya, siapa saya, apa yang harus saya perbuat dan sebagainya, sehingga manusia akan berpikir sebelum melakukan tindakan. Manusia akan berpikir dan menimbang, apakah perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan harkat kemanusiannya atau justru sebaliknya.  Etika merupakan kajian tentang bagaimana seharusnya manusia itu berbuat, apakah perbuatan itu baik dan buruk. Sebagai salah satu kajian dari filsafat, etika  diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Manusia tidak akan bisa lepas dari komunikasi. Komunikasi terjadi antara manusia satu dengan yang lain sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi melibatkan interaksi antar anggota masyarakat. Dalam interaksi tersebut diperlukan norma-norma atau aturan-aturan yang berfungsi sebagai alat pengendalian yang bertujuan untuk tercapainya ketertiban dalam masyarakat. Salah satu, upaya  mewujudkan tertibnya masyarakat adalah adanya etika komunikasi yakni kajian tentang baik buruknya suatu tindakan komunikasi yang dilakukan manusia, suatu pengetahuan rasional yang mengajak manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik.
Dalam menyampaikan aspirasinya, seseorang harus menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat dengan mendorong berbagai ragam argumen dan pendapat. Tidak boleh ada tindakan anarkis ataupun tindakan yang melecehkan orang lain. Ia tidak boleh mengabaikan norma-norma serta aturan yang berlaku. Aspek moral juga perlu dijaga dengan baik agar sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia. Semua itu demi terciptanya komunikasi yang sesuai dengan harapan kedua belah pihak tanpa adanya konflik yang meresahkan. Sehingga kedamaian dan ketentraman pun dapat terwujud.

Pada akhirnya, dalam berkomunikasi, kita perlu memperhatikan etika komunikasi, agar  kedamaian serta ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat terjaga.  Meskipun ada masyarakat memiliki kebebasan untuk menyampaikan aspirasi, keinginan maupun pendapat, tetapi semua itu harus disesuaikan dengan aturan hukum dan etika. Siapapun tidak boleh sembarangan dalam menyampaikan pendapat dan tuntutan tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar