Jumat, 15 Mei 2015

Kenaikan Harga BBM di Mata Pengusaha Warung Lesehan

Kenaikan Harga BBM
di Mata Pengusaha Warung Lesehan
Wacana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) telah terlaksana. Per 18 November lalu resmi harga BBM naik dari harga 6.500,- menjadi 8.500,- perliter. Secara otomatis berarti subsidi dari pemeritah telah dihapus, sementara dana subsidi dialihkan ke bidang lain. Kebijakan ini mengundang banyak kontroversi dari masyarakat. Ada yang merasa dirugikan ada juga yang memaklumi kebijakan tersebut, bahkan mendukung.
Penulis mewawancarai seorang pengusaha warung lesehan
rumahan yang merasakan dampak dari kenaikan harga BBM. Karena harga bahan-bahan di pasar naik, Mbak Ning, sapaanya, menaikkan harga jualannya juga. Dalam wawancara penulis dengannya, ia termasuk orang yang pro dengan kenaikan harga BBM. Ia memaklumi bahwa kenaikan harga BBM itu wajar jika menilik dari pemerintahan Soeharto sampai Jokowi. “Asal semuanya seimbang. Jika naik saya juga naik. Saya rasa tidak memberatkan rakyat karena memang pemerintah menyediakan solusi seperti Kartu Sakti. Juga mendidik masyarakat agar lebih bekerja keras dan mandiri.”, tuturnya.
Adapun jika ditanya dampak kenaikan harga BBM terhadap jualannya, ibu rumah tangga berusia 44 tahun ini mengaku tidak ada masalah terhadap usahanya. Karena sampai saat ini di daerahnya bahan yang naik spesifik hanya beras saja. Adapun bahan-bahan yang lain seperti sayur-sayuran masih stabil. Hanya terjadi kenaikan yang tidak seberapa dikarenakan menginjak musim tanam. “Insyaallah tidak ada masalah terhadap usaha saya.”, tegasnya.

Bagi pemilik usaha lesehan ini, kenaikan harga BBM tidak masalah asalkan harga di pasaran tetap stabil. “Saya pengen pemerintah bisa membuat harga di pasaran tetap stabil. Sehingga tidak ada permainan harga pasar yang merugikan para pengusaha kecil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar