Jumat, 15 Mei 2015

Efek Berita “Prabowo: Yang Tidak Baca dan Tidak Salat Tidak Layak Jadi Pemimpin” di detikNews terhadap Para Pembaca

Efek Berita “Prabowo: Yang Tidak Baca dan Tidak Salat
Tidak Layak Jadi Pemimpin” di detikNews
terhadap Para Pembaca
            Setiap berita pasti memiliki efek terhadap para pembaca ataupun pendengarnya.  Efek tersebut bisa langsung ataupun tidak langsung, besar ataupun kecil. Efek yang mempengaruhi pembaca atau pendengar tersebut dapat dibagi menjadi aspek kognitif, afektif, dan konasi. Ini sesuai dengan skema komunikasi, dari komunikator (media) menyampaikan pesan (berita) kemudian diterima oleh komunikan dan menimbulkan sebuah efek, kemudian dari efek tersebut muncullah feedback (umpan balik) yang akan kembali pada komunikator.
            Pembaca dalam berita tertulis online lebih sering menyampaikan menyampaikan feedback secara langsung. Hal ini dikarenakan tersedianya
kolom komentar bagi mereka. Ketika orang-orang membaca berita, mereka bisa mengirimkan feedback (komentar) secara langsung dan kapan pun mereka mau. Ini berbeda dengan media lain seperti media cetak ataupun elektronik. Komunikan jarang sekali mendapat kesempatan untuk turut serta dalam proses perputaran informasi, yakni penyampaian feedback. Dari komentar-komentar tersebut lah kita dapat lebih mudah mengamati efek-efek dari sebuah berita terhadap para pembaca.
            Dalam mengamati berita politik di media online, tidak jauh berbeda dengan berita lain. Untuk mengamati efek yang dihasilkan, kita bisa lebih mudah melihatnya dari komentar-komentar pembaca. Di detik.com, komentar pembaca terhadap satu berita politik bisa mencapai ratusan. Terlebih lagi ketika membahas tentang capres dan cawapres yang akan maju dalam pilpres 2014. Siapa lagi kalau bukan Jokowi dengan pasangannya Jusuf Kalla, dan Prabowo serta pasangannya Hatta Radjasa.
            Berita Prabowo lebih mengundang banyak komentar akhir-akhir ini. Statement kontroversional yang dilontarkan Prabowo banyak menuai pertentangan. Alhasil efek dari berita politik tersebut membuat dukungan pada Prabowo kian surut. Berikut adalah beritanya:
Selasa, 27/05/2014 19:17 WIB
Prabowo: Yang Tidak Baca dan Tidak Salat Tidak Layak Jadi Pemimpin
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
http://images.detik.com/content/2014/05/27/1562/191915_prabowopks1.jpg
Jakarta - Prabowo menyebut seseorang yang tidak suka membaca dan salat tidak layak memimpin Indonesia. Prabowo juga membanggakan partainya dan PKS sebagai partai yang memperjuangkan nasib rakyat. "Sudah enggak baca dan enggak salat," kata Prabowo saat berbicara di depan kader PKS, Hotel Kartika Chandra, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (27/5/2014).
Prabowo memuji partai yang suka baca seperti PKS, termasuk dengan dengan partainya sendiri. "Ada partai religius yang enggak suka baca dan partai kebangsaan yang enggak suka baca," ucapnya.
Pada kesempatan itu, Prabowo memuji militansi yang dmiliki oleh kader kader PKS. Bahkan Prabowo sempat bercanda akan menitipkan pengkaderan partainya kepada PKS.
Mantan Danjen Kopassus ini mengajak PKS untuk bersama membangun bangsa. "Semoga kita mendapatkan mandat dari masyarakat Indonesia," kata Prabowo.
Akhiri hari anda dengan menyimak beragam informasi penting dan menarik sepanjang hari ini, di "Reportase Malam" pukul 01.30 WIB, hanya di Trans TV
(fiq/ndr)
Analisis:
            Berita ini mendapat lebih dari 700 komentar. Sebagian besar komentar mengkritik statement Prabowo ini. Sementara yang tetap mendukung Prabowo sangat kecil sekali jumlahnya.
            Memang statement ini dinilai terlalu gegabah karena memuat isu SARA di dalamnya, yakni tentang salat. Belum lagi terlalu membangga-banggakan partainya sendiri, PKS. Sementara di mata masyarakat saat ini, PKS adalah partai paling bermasalah dengan beberapa kasus-kasus korupsi oleh para oknum-oknumnya. Ditambah lagi, kata-katanya seakan-akan berusaha untuk menjatuhkan orang lain. Ia menyebut seseorang yang tidak suka membaca dan salat tidak layak memimpin Indonesia. Memang tidak secara jelas ia menyebutkan siapa orangnya, akan tetapi yang membacanya pasti akan merujuk pada lawan politiknya, Jokowi dan juga wakilnya selama menjadi gubernur Jakarta, Ahok yang notabenenya bukan beragama Islam.
            Belum cukup dengan membanggakan partai sendiri, ia pun mengatakan “Ada partai religius yang enggak suka baca dan partai kebangsaan yang enggak suka baca,”. Memang tidak secara gamblang disebut nama partainya, namun jelas ini sangat tidak baik bila diucapkan oleh seorang Prabowo.
            Berita semacam ini mungkin tidak dimaksudkan untuk mengurangi citra baik Prabowo, tetapi secara tidak langsung di mata pembaca, berita ini menjadi boomerang bagi Prabowo. Efeknya para pembaca akan menilai Prabowo sebagai orang yang kasar, gegabah dan tidak bersih dalam melakukan kampanye politik. Ini terbukti dengan banyaknya komentar miring tentang Prabowo dalam kolom komentar berita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efek berita ini memberikan persepsi negatif tentang Prabowo kepada khalayak.

Yogyakarta, 5 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar