Jumat, 15 Mei 2015

Reading Course Filsafat-Etika Komunikasi

Reading Course Filsafat-Etika Komunikasi
Judul Buku      : Pintu Masuk ke Dunia Filsafat
Pengarang       : Dr. Harry Hamersma
Penerbit           : Kanisius
Tahun Terbit    : 2000
Kota Terbit      : Yogyakarta
            Dalam buku ini saya mempelajari tentang pengantar menuju dunia filsafat. Filsafat sendiri ada karena rasa ingin tahu manusia terhadap segala sesuatu. Rasa keingintahuan manusia ini pada hakikatnya
tidak akan habis. Setiap manusia menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul akibat keingintahuan tersebut, manusia akan menemukan pertanyaan-pertanyaan lain dan begitulah seterusnya. Namun pertanyaan-pertanyaan ini mungkin saja tidak terjawab oleh filsafat. Hanya saja, filsafat adalah tempat di mana pertanyaan-pertanyaan ini dikumpulkan, diterangkan, dan diteruskan.
            Filsafat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Keduanya berisi pengetahuan-pengetahuan yang metodis dan sistematis. Akan tetapi ilmu pengetahuan hanya koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan saja (khusus). Sedangkan filsafat koheren tentang seluruh kenyataan (umum).
            Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani philos, yang berarti cinta, dan sophia, yang berarti hikmat atau pengetahuan. Yang mendorong manusia untuk berfilsafat seperti ini ada tiga hal., antara lain keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.
            Dari buku Pintu Masuk ke Dunia Filsafat ini, saya menemukan ada sepuluh cabang filsafat. Kesepuluh cabang filsafat dapat dikempokkan menjadi empat bagian:
1.      Filsafat tentang pengetahuan, antara lain terdiri dari epistemologi, logika dan kritik ilmu-ilmu.
2.      Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari metafisika umum (ontologi) dan metafisika khusus (teologi metafisik, antropologi, kosmologi).
3.      Filsafat tentang tindakan, yang terdiri dari etika dan estetika.
4.      Sejarah filsafat.
Sepuluh cabang-cabang filsafat tersebut antara lain:
1.      Epistemologi, yakni membicarakan tentang bagaimana dan dari mana pengetahuan tersebut didapat.
2.      Logika, yakni cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berpikir serta aturan-aturan yang harus dihormati agar pernyataan-pernyataan kita sah.
3.      Kritik ilmu-ilmu, membicarakan tentang pembagian, metode, dasar kepastian ilmu dan keterangan yang diberikan oleh ilmu.
4.      Metafisika umum atau ontologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang segala sesuatu sejauh itu “ada”.
5.      Teologi metafisik yang membicarakan tentang adanya Allah, tanpa melihat melalui agama dan wahyu.
6.      Anropologi, yakni cabang filsafat yang berbicara tentang manusia.
7.      Kosmologi yang berbicara tentang dunia.
8.      Etika, yakni cabang filsafat yang berbicara tentang tingkah laku dan perbuatan manusia yang kaitannya dengan baik atau buruk.
9.      Estetika yang berbicara tentang keindahan.
10.  Sejarah filsafat yaitu cabang filsafat yang mengumpulkan hasil penyelidikan semua cabang filsafat.
            Dalam sejarah filsafat biasanya dibedakan menjadi tiga tradisi besar, yaitu filsafat India, filsafat Cina, dan filsafat Barat. Filsafat India dan Cina terikat pada geografis, politis, dan kultural dari Cina dan subkontinen India. Sementara filsafat Barat lebih abstrak karena memuat pemikir-pemikir dari Eropa, Asia, Afrika dan Amerika. Termasuk filsafat Barat adalah filsafat Yunani, filsafat Hellenistis, filsafat Kristiani, filsafat Islam, filsafat renaisans, zaman modern, dan masa kini.
1.      Filsafat India
Filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan antara manusia dan alam serta harmoni antara manusia dan kosmos. Dalam buku disebutkan “Orang India tidak belajar untuk “menguasai” dunia, melainkan untuk berteman dengan dunia.”
Ada lima periode dari filsafat India:
1.      Zaman Weda (2000 – 600 SM)
Zaman ini adalah zaman terbentuknya literatur suci, yaitu kitab Weda. Zaman ini juga sebagai masa refleksi filsafat dalam Upanisad.
2.      Zaman Skeptisisme (200 SM – 300 M)
Di zaman ini muncul reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi. Muncul juga Buddhisme dan Jainisme. Sebagai kontra-reformasi, muncul dalam Hinduisme enam sekolah ortodoks (Saddharsana). Enam sekolah ini antara lain: Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Purwa-Mimamsa, dan Ynana.
3.      Zaman Puranis (300 – 1200 M)
Setelah tahun 300, Buddhisme mulai lenyap dari India. Pemikiran india pada masa ini dikuasai oleh spekulasi teologis, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa.
Di zaman ini juga terjadi perkembangan karya-karya mitologis, terutama yang berhubungan dengan Siwa dan Wisnu.
4.      Zaman Muslim (1200 – 1757 M)
Ada dua nama yang menonjol pada zaman ini. Yang pertama adalah pengarang syair Kabir yang mencoba mengembangkan agama yang universal. Kedua adalah Guru Nanak yang mencoba menyerasikan antara Islam dan Hinduisme.
5.      Zaman Modern (setelah 1757 M)
Di zaman ini pengaruh pemikiran Barat mulai masuk. Akhirnya nilai-nilai klasik di India mengalami kebangkitan kembali disertai dengan pembaruan sosial.
2.      Filsafat Cina
Tema pokok dari filsafat dan kebudayaan Cina adalah perikemanusiaan. Filsafat Cina lebih antroposentris dan juga pragmatis: selalu diajarkan bagaimana manusia harus bertindak supaya keseimbangan antara dunia dan surga tercapai.
Sepanjang sejarah filsafat Cina ada tiga tema penting:
1.      Harmoni, yakni harmoni antara manusia dengan sesama, manusia dengan alam dan manusia dengan surga
2.      Toleransi, baik berupa keterbukaan berpendapat hingga dalam bidang agama.
3.      Perikemanusiaan, dalam filsafat Cina, manusia pada hakikatnya baik, dan ia jugalah yang menentukan kebahagiaannya.
Filsafat Cina dapat dibagi menjadi empat periode besar:
1.      Zaman Klasik (600 – 200 SM)
Menurut tradisi, di zaman ini debedakan seratus sekolah filsafat, semuanya memiliki ajaran yang berbeda-beda. Namun ada sejumlah konsep yang dipentingkan secara umum. Konsep-konsep seperti misalnya tao (‘jalan’), te (‘keutamaan’ atau ‘seni hidup’), yen (‘perikemanusiaan’), i (‘keadilan’), ti’en (‘surga’) dan yin-yang (harmoni kedua prinsip induk, prinsip aktif-laki-laki dan prinsip pasif-perempuan). Terdapat beberapa sekolah terpenting antara lain: Konfusianisme, Taoisme, Yin-Yang, Moisme, Dialektik dan Legalisme.
2.      Zaman Neo-taoisme dan Buddhisme (200 SM – 1000 M)
Bersamaan dengan berkembangnya Buddhisme di Cina, Tao diartikan sama dengan Nirwana dalam ajaran Buddha, yaitu “transendensi di seberang segala nama dan konsep”, “di seberang adanya”.
3.      Zaman Neo-konfusianisme (1000 – 1900 M)
Di zaman ini Konfusianisme klasik kembali menjadi ajaran utama setelah Buddhisme tidak lagi dianggap cocok dengan corak berpikir Cina.
4.      Zaman Modern (setelah 1900 M)
Di zaman ini pengaruh filsafat Barat cukup besar. Setelah itu, mulai muncul kecenderungan untuk kembali kepada tradisi-tradisi pribumi. Akhirnya pada tahun 1950, filsafat Cina dikuasai pemikiran Marx, Lenin, dan Mao Tse Tung.
3.      Filsafat Barat
Dalam sejarah filsafat Barat dibedakan empat periode besar:
1.      Zaman Kuno (600 SM – 400 M)
Diawali dengan masa Pra-sokratis yang lebih fokus pada filsafat alam. Kemudian masa keemasan Yunani dicapai pada Socrates, Plato, dan Aristoteles. Setelah itu muncullah filsafat Hellenisme (Yunani) yang memiliki tiga aliran yaitu: Stoisisme, Epikurisme, dan Neo-platonisme.
2.      Zaman Patristik dan Skolastik (400 – 1500 M)
Masa ini dipengaruhi oleh pemikiran Kristiani. Patristik sendiri berarti Bapa-bapa Gereja karena merekalah yang mengajarkan pemikiran-pemikiran yang kaya pada zaman ini. Kemudian pada sekitar tahun 1000 dinamakan zaman Skolastik karena filsafat diajarkan di sekolah-sekolah dan universitas-universitas.
3.      Zaman Modern (1500 – 1800 M)
Dibagi menjadi empat zaman:
1.      Zaman Renaisans
Renaisans artinya kelahiran kembali. Pada zaman ini kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Filsafat di zaman ini lebih terfokus pada obyek manusia.
2.      Zaman Barok
Filsafat pada zaman ini menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi manusia (rasionalisme).
3.      Zaman Fajar Budi
Pada zaman ini manusia dianggap “dewasa”. Muncul sintesis dari Rasionalisme dan Empirisme.
4.      Zaman Romantik
Aliran pada zaman ini adalah Idealisme yang lebih mementingkan ide-ide. Berlawanan dengan Materialisme yang mementingkan material.
4.      Zaman Sekarang (setelah 1800 M)
Di zaman ini banyak aliran bermunculan. Diantaranya yang berpengaruh: Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neokantianisme, Neotomisme, dan Fenomenologi.
            Mengapa kita harus belajar filsafat? Tampaknya filsafat memang tidak memberikan hasil yang benar-benar konkret bagi kita semua. Karya-karya filsafat layaknya sebuah “kacamata pribadi” bagi seorang filsuf untuk melihat dunia. Yang akhirnya filsafat melahirkan interpretasi-interpretasi mengenai dunia. Namun interpretasi-interpretasi ini tetap aktual sepanjang masa. Inilah perbedaan mendasar antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Suatu ilmu tertentu yang memiliki pendapat “ilmiah” dari masa lalu akan menjadi “pra-ilmiah” setelah mencapai suatu tahap yang lebih dewasa. Berbeda dengan filsafat, pendapat dan pertanyaan-pertanyaan masa kini tidak berarti lebih aktual dan lebih benar daripada pendapat dan pertanyaan masa lalu. Filsafat merupakan refleksi pemikiran yang memperhatikan keseluruhan, menekankan kebebasan, akal budi dan keterbukaan, tidak pernah usang oleh bergulirnya zaman.
            Tugas filsafat menurut para filsuf adalah untuk berpikir kritis tentang alam raya dan tentang tempat kita di dalamnya (menurut Karl Popper), berpikir ulang dengan sikap keterbukaan dan penghargaan (Gabriel Marcel), penyelidikan kritis mengenai hasil ilmu-ilmu abstrak untuk mencapai suatu gambaran yang lebih menyeluruh (Alfred North Whitehead).
Tidak begitu penting uraian mana yang dipilih. Yang penting adalah adanya sikap tertentu, yaitu sikap keterbukaan. Cakrawala pengetahuan kita semakin luas, namun kita tidak boleh melupakan bahwa pengetahuan yang luas ini tidak pernah utuh. Kita tidak memiliki kebenaran. Filsafat mencari kebenaran, dan itu mulai dengan menyadari betapa sedikit yang sungguh kita ketahui.

            Sebenarnya semua orang memiliki “filsafat”, berupa suatu pandangan mengenai dunia, mengenai makna hidup, norma-norma untuk tindakan dan nilai-nilai yang patut dipertahankan. Dalam arti ini, maka semua orang adalah “filsuf”, dan untuk filsafat ini tidak dibutuhkan suatu studi khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar